
Roti Bluder adalah salah satu jenis roti kuno yang dikenal dengan teksturnya yang lembut, sedikit berongga, dan kaya rasa butter serta telur. Walau sekarang sangat populer di Indonesia—khususnya di Madiun dan beberapa kota Jawa Timur—asal-usul bluder ternyata berasal dari Eropa, terutama wilayah Austria–Jerman.
Asal mula di Eropa
Nama bluder dipercaya berasal dari kata dalam bahasa Jerman atau Austria yang merujuk pada roti yang mengembang dan berpori lembut. jenis ini sudah ada sejak abad ke-18–19 di Eropa Tengah, dibuat dengan banyak butter, telur, dan teknik fermentasi yang lama sehingga menghasilkan tekstur empuk khas.
Masuk ke Indonesia pada masa kolonial
Bluder mulai dikenal di Indonesia pada masa Hindia Belanda. Para penjajah Eropa membawa budaya kuliner mereka, termasuk teknik pembuatan roti dan pastry. Roti bluder kemudian diadaptasi oleh masyarakat lokal, terutama yang bekerja di dapur rumah tangga para bangsawan Belanda.
Karena bahan-bahannya mewah (banyak telur dan butter), bluder dulu hanya disajikan untuk kalangan menengah ke atas, khususnya saat pesta dan acara resmi.
Perkembangan di Jawa Timur
Setelah itu, bluder terus menyebar dan berkembang, paling kuat di daerah:
Madiun
Nganjuk
Kediri
Blitar
Di sinilah bluder akhirnya menjadi ikon kuliner. Resepnya dimodifikasi mengikuti lidah lokal, namun tetap mempertahankan karakter lembut, moist, dan wangi butter.
Ciri khas bluder
Bluder berbeda dengan roti modern karena:
Menggunakan banyak butter dan telur
Proses fermentasi lebih lama
Tekstur empuk, sedikit berongga, lembut seperti brioche
Rasa manis gurih yang klasik dan elegan
Dari roti bangsawan menjadi kuliner rumahan favorit
Sekarang, bluder bukan lagi makanan mewah. Rasanya yang klasik membuatnya terus bertahan di tengah maraknya roti kekinian.
Perkembangan Bluder dari Masa ke Masa
Bluder adalah salah satu roti klasik yang berhasil bertahan di tengah perubahan tren kuliner. Dari roti bangsawan Eropa hingga jadi oleh-oleh favorit masyarakat Jawa Timur, berikut perjalanan perkembangannya:
1. Era Kolonial – Dari Eropa ke Hindia Belanda
2. Adaptasi Resep oleh Masyarakat Lokal
Masyarakat Jawa yang bekerja di dapur kolonial mulai belajar tekniknya.
3. Munculnya Sentra Bluder di Jawa Timur
Pasca kemerdekaan, bluder semakin berkembang dan populer sebagai roti rumahan. Daerah seperti:
Madiun
Nganjuk
Kediri
Surabaya
menjadi pusat pembuatan bluder. Banyak keluarga mengembangkan resep turun-temurun sehingga cita rasa bluder menjadi sangat khas di tiap daerah.
4. Bluder sebagai Oleh-oleh Khas
Memasuki tahun 2000-an, bluder mengalami kebangkitan. Banyak toko roti mulai mengemas bluder secara modern sehingga menjadikannya oleh-oleh favorit wisatawan. Cita rasa klasik dan nostalgia menjadi kekuatan utamanya.
5. Inovasi Rasa & Bentuk Tanpa Menghilangkan Karakter Asli
Untuk menjawab tren kuliner saat ini, banyak baker mulai membuat variasi baru
6. Bluder di Era Digital — Makin Dikenal Lewat Media Sosial
Kini, bluder tidak hanya terkenal di Jawa Timur, tetapi juga menyebar ke kota-kota besar seperti Jakarta, Bandung, dan Bali.
Foto-foto konten soft bread, pull apart texture, dan packaging cantik membuat bluder kembali naik daun sebagai roti nostalgia yang elegan.
Kesimpulan: Tradisi yang Terus Hidup
Bluder berhasil bertahan karena tiga hal:
cita rasa klasik, teknik pembuatan khas, dan inovasi modern yang tidak melupakan identitasnya.
Dari dapur kolonial hingga rak oleh-oleh, bluder terus berkembang dan menjadi bagian penting kuliner Indonesia.
Keunikan Bluder yang Membuatnya Berbeda dari Roti Lain
1. Kaya Butter & Telur
Inilah yang memberi aroma harum khas dan rasa gurih manis yang elegan.
2. Tekstur Lembut Berongga
Berbeda dari roti modern yang padat, bluder punya tekstur lembut, ringan, dan sedikit berongga seperti brioche.
3. Proses Fermentasi Lebih Lama
Bluder menggunakan teknik fermentasi panjang ala roti klasik Eropa. Proses ini membuat rasa dan aromanya lebih kaya serta menghasilkan tekstur yang lembut alami tanpa perlu banyak pengembang.
4. Rasa Klasik yang Timeless
Setiap gigitan membawa cita rasa lawas yang tidak pernah tergeser oleh roti kekinian.
5. Tahan Lama Tanpa Menghilangkan Kelembutan
Meski tidak menggunakan bahan pengawet, bluder termasuk roti yang bisa bertahan lebih lama karena kandungan butter dan proses pembuatannya.
6. Banyak Variasi, Tapi “Jiwanya” Tetap Sama
Mulai dari rasa original, kismis, keju, coklat, hingga topping modern seperti Lotus atau matcha — meski tampilannya berubah, karakter lembut dan aromanya tetap khas bluder.
7. Identitas Lokal dengan Sentuhan Eropa
Bluder adalah perpaduan unik: teknik roti Eropa, tapi berkembang kuat di Jawa Timur. Membuatnya punya “cita rasa tradisi” sekaligus “kelas premium”.
HAPPYNESS IN EVERY MOMEN”

